Limfoma merupakan kanker yang berasal dari sel darah putih yang dikenal dengan limfosit. Limfosit adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh dan beredar di seluruh tubuh dalam sistem limfatik yang membantu untuk melawan infeksi. Serupa dengan sistem pembuluh darah, sistem limfatik berada di seluruh tubuh dan membawa cairan yang dikenal dengan cairan limfatik. Cairan melewati kelenjar getah bening yang tersebar di seluruh tubuh. Pada limfoma, limfosit membelah secara abnormal atau tidak mengalami kematian. Limfosit yang abnormal ini biasanya dijumpai pada kelenjar getah bening di ketiak, leher, atau selangkangan.
Limfoma terbagi menjadi 2 tipe yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Sekitar 95% dari kasus limfoma adalah limfoma non-Hodgkin. Limfoma Hodgkin dibedakan dari limfoma non-Hodgkin adalah melalui adanya sel yang disebut dengan Reed-Sternberg, yang terlihat dari pemeriksaan di mikroskop. Perbedaan lain yang ditemukan adalah limfoma non-Hodgkin menjadi lebih sering dengan bertambahnya usia dan limfoma Hodgkin sering dijumpai pada usia 15-39 tahun dan kemudian pada usia ≥ 75 tahun.
Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat 85.720 kasus baru limfoma dengan kasus limfoma non-Hodgkin lebih banyak yaitu 77.240 kasus dan kasus limfoma Hodgkin sebesar 8.480 kasus pada tahun 2020. Sementara menurut Globocan 2018, terdapat 14.164 kasus limfoma non-Hodgkin dan 1.047 kasus limfoma Hodgkin di Indonesia.
Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena limfoma yaitu:
Gejala dari limfoma menyerupai beberapa penyakit infeksi virus, misalnya common cold. Namun, umumnya berlanjut selama beberapa waktu. Beberapa orang tidak mengalami gejala apapun. Gejala yang dapat dijumpai antara lain pembengkakan pada kelenjar getah bening yang sering terjadi pada daerah leher, selangkangan, perut, atau ketiak serta sering tidak terasa nyeri; sering demam tanpa infeksi; berkeringat pada malam hari dan menggigil; penurunan berat badan dan nafsu makan; gatal; merasa lelah. Nyeri, kelemahan, kelumpuhan, atau perubahan sensasi dapat terjadi jika pembesaran kelenjar getah bening menekan saraf tulang belakang atau sumsum tulang.
Tidak terdapat skrining rutin untuk limfoma. Untuk menegakkan diagnosis limfoma, dokter akan menanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami dan dalam keluarga serta berusaha menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada daerah-daerah (perut, dagu, leher, selangkangan, dan ketiak) yang mungkin ada benjolan. Pemeriksaan lain yang dilakukan adalah pemeriksaan darah, biopsi (pada kelenjar getah bening dan sumsum tulang) dan pemeriksaan pencitraan seperti CT Scan, MRI, PET Scan, rontgen, ultrasound.
Terapi yang diberikan untuk limfoma tergantung pada jenis limfoma dan stadium yang dialami oleh pasien. Pada limfoma tertentu yang pertumbuhannya lambat, terapi mungkin belum diperlukan tetapi dokter akan melakukan pemantauan untuk memastikan perjalanan penyakitnya. Jika dibutuhkan terapi pada limfoma, terapi yang dapat diberikan yaitu:
Perkiraan harapan hidup pasien limfoma dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis dan stadium limfoma serta respons terhadap terapi. Secara umum, harapan hidup pasien limfoma non-Hodgkin dalam 5 tahun adalah 75% dan pasien limfoma Hodgkin adalah 89%. Harapan hidup dalam 5 tahun maksudnya adalah ada berapa persen pasien yang masih bertahan hidup dalam 5 tahun setelah didiagnosis limfoma.
Referensi:
Healthy Person
Healthy Person
Healthy Person
Bersama kita berjuang melawan kanker. Hubungi kami di +6281 117 117 98 atau info@iccc.id
KIRIM EMAIL