Topik kali ini masih seputar COVID-19, semoga tidak bosan ya dengan topik ini. Seperti yang telah kita ketahui, terjadi peningkatan kasus COVID-19 yang tajam di Indonesia. Kali ini kita akan membahasnya dari sisi onkologi. Onkologi maksudnya dikaitkan dengan kanker atau keganasan. Tentunya ada banyak pertanyaan mengenai COVID-19 ini yang berkaitan dengan pasien kanker. Data yang sudah ada menunjukkan bahwa pasien dengan kanker memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi oleh virus corona ini.
Banyak yang tentunya mencari tahu informasi terkait COVID-19 dan kanker dan punya beberapa pertanyaan yang belum tahu jawabannya. Berikut ini adalah rangkuman pertanyaan terkait COVID-19 dan kanker, yuk kita simak pertanyaan dan jawabannya.
Jawab: “Immune compromised” merujuk pada seseorang dengan sistem imun yang lebih lemah, ada gangguan, atau kurang kuat dibandingkan kebanyakan orang dewasa sehat. Seseorang dengan gangguan sistem imun berisiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi termasuk infeksi virus seperti COVID-19. Seseorang mungkin memiliki gangguan sistem imun misalnya dengan kanker, diabetes, atau penyakit jantung, usia lanjut, atau memiliki kebiasaan merokok. Pasien kanker berisiko lebih besar mengalami gangguan sistem imun tergantung pada jenis kankernya, pengobatan yang dijalani, kondisi penyakit yang menyertai, dan usianya. Risiko mengalami gangguan sistem imun yang paling tinggi adalah selama terapi aktif seperti diberikan kemoterapi. Keadaan gangguan sistem imun umumnya terlihat dari hasil pemeriksaan berupa rendahnya sel darah putih atau kadar antibodi.
Jawab: Pasien dengan kanker dan survivor kanker berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi dari COVID-19. Satu penelitian yang telah dipublikasikan melaporkan bahwa kejadian komplikasi berat lebih tinggi seperti kebutuhan dirawat di ICU, penggunaan mesin bantu napas (ventilasi mekanik), atau kematian pada pasien dengan riwayat kanker dibandingkan pasien tanpa kanker. Satu hal yang perlu diketahui hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada semua pasien kanker karena jumlah pasiennya hanya 18 orang.
Jawab: Belum ada bukti bahwa terapi kanker meningkatkan risiko mengalami COVID-19. Terdapat bukti bahwa pasien dengan kanker mungkin mengalami infeksi COVID-19 yang lebih serius jika mereka mengalaminya karena kanker dan terapi kanker berperan dalam penurunan sistem imun sehingga menurunkan kemampuan melawan infeksi. Pasien yang mendapat terapi untuk kanker juga lebih sering mengunjungi rumah sakit sehingga lebih berisiko mengalami infeksi. Oleh karena itu, diskusikan dengan dokter yang merawat Anda terkait dengan kunjungan ke rumah sakit yang memang sangat penting dilakukan dan jadwal kemoterapinya.
Jawab: Tentu saja. Pasien kanker dan survivor kanker yang mungkin mengalami gangguan sistem imun harus mengikuti anjuran seperti menjaga jarak aman, sering cuci tangan, hindari kerumunan banyak orang, dan tidak menyentuh wajah saat belum mencuci tangan. Saat ini, tambahan anjuran pemerintah adalah menggunakan masker saat keluar rumah.
Jawab: Terlepas dari jenis terapi yang digunakan, selalu diskusikan dengan dokter yang merawat mengenai jadwal minum obat oralnya. Jika tidak ada tanda dan gejala infeksi COVID-19, melanjutkan terapi adalah langkah terbaik.
Jawab: Belum terdapat bukti spesifik yang menunjukkan bahwa terapi endokrin meningkatkan risiko mengalami COVID-19 atau penyakit lebih berat. Sebagian besar terapi endokrin tidak menekan sistem imun.
Jawab: Jika dalam terapi kanker yang aktif, pasien harus menghubungi dokter onkologi untuk membuat janji temu. Jika tidak, survivor kanker dapat menghubungi dokter umum untuk membuat janji temu.
Jawab: Pasien harus berdiskusi dengan dokter onkologi mengenai risiko menunda terapi dibandingkan potensi manfaat menurunkan risiko infeksi. Yang didiskusikan adalah tujuan terapi kanker, kemungkinan kanker dikendalikan dengan rencana terapi, efek samping terapi kanker, dan perawatan suportif untuk mengurangi efek samping terapi kanker.
Jawab: Terdapat bukti bahwa pembilasan dapat dilakukan dengan interval waktu sampai setiap 12 minggu tanpa kenaikan efek samping atau potensi bahaya. Bicarakan dengan dokter onkologi mengenai jadwal pembilasan yang tepat.
Jawab: Secara umum, kunjungan ke rumah sakit untuk pemeriksaan dapat ditunda jika tidak menimbulkan risiko pada pasien. Pada banyak kasus, frekuensi kunjungan yang dianjurkan ada rentang waktunya (misalnya 3-6 bulan) oleh karena itu, waktu antara pemeriksaan untuk pemantauan dapat diperpanjang selama masih dalam batas rekomendasi. Jika mengalami gejala yang mengarah ke kekambuhan, segera hubungi dokter dan tidak menunggu jadwal berikutnya.
Jawab: Yang terpenting adalah melakukan anjuran dari pemerintah seperti yang dianjurkan pada no. 4.
Jawab: Ikutilah anjuran dari dokter yang merawat Anda dan anjuran umum untuk hidup sehat. Tidak merokok, nutrisi seimbang, olahraga secara rutin, istirahat cukup, dan mengikuti anjuran pemerintah untuk jaga jarak aman, cuci tangan, dan pakai masker saat keluar rumah.
Nah tentunya sudah lebih jelas dan paham mengenai COVID-19 dan kanker ya? Harapannya adalah pertanyaan-pertanyaannya sudah ada yang terjawab dari rangkuman di atas. Hendaknya selalu diskusikan dengan dokter yang merawat Anda terkait jadwal terapi ataupun jadwal pemantauan hasil terapi. Jika merasakan ada tanda dan gejala infeksi COVID-19, segera hubungi dokter. Stay safe dan selalu ikuti anjuran pemerintah!
Referensi:
Healthy Person
I AM A WARRIOR
I AM A WARRIOR
Bersama kita berjuang melawan kanker. Hubungi kami di +6281 117 117 98 atau info@iccc.id
KIRIM EMAIL