Punya pertanyaan seputar kanker ?

Bergabung dengan forum kami

MENU

Home > Panduan Nutrisi >

Kanker Esofagus

Kanker Esofagus

Kanker esofagus merupakan kanker yang dijumpai pada esofagus. Sebelum mengetahui lebih lanjut mengenai kanker esofagus, mari kita mengenal esofagus dahulu. Esofagus merupakan bagian dari saluran pencernaan, bentuknya berupa saluran yang menghubungkan kerongkongan dengan lambung. Esofagus terletak di belakang trakea (batang tenggorok) dan di depan tulang belakang. Ukuran panjang esofagus umumnya antara 25-33 cm dan diameter sekitar 2 cm. 

Pada bagian atas esofagus, terdapat cincin otot khusus (dikatakan sebagai sfingter atas) yang relaksasi untuk membuka esofagus jika ada makanan atau minuman. Saat kita menelan, makanan atau cairan berjalan melalui esofagus menuju ke lambung. Bagian bawah esofagus yang terhubung ke lambung disebut sebagai perbatasan gastroesofagus. Sfingter bawah dekat perbatasan tersebut mengontrol pergerakan makanan dari esofagus ke lambung. Pada waktu-waktu antara jam makan, sfingter bawah menjaga agar asam lambung tidak menuju esofagus.

 Dinding esofagus terbagi menjadi 4 lapisan yaitu lapisan mukosa yang merupakan lapisan terdalam dari esofagus dan terbagi lagi menjadi lapisan epitelium (berupa sel skuamosa/sel berbentuk pipih), lamina propria (lapisan tipis jaringan ikat), dan muskularis mukosa (lapisan sangat tipis dari otot); lapisan submukosa yang berada di bawah lapisan mukosa yang mengandung pembuluh darah dan saraf serta kelenjar yang menghasilkan mukus/lendir pada beberapa bagian; lapisan muskularis propria yang berupa lapisan tebal otot di bawah submukosa (untuk mendorong makanan ke lambung); dan lapisan adventitia berupa lapisan paling luar berupa jaringan ikat.

 Ada 2 tipe utama kanker esofagus yaitu:

  • Karsinoma sel skuamosa: paling sering dijumpai di bagian leher esofagus dan dua per tiga atas rongga dada.
  • Adenokarsinoma: berasal dari jaringan kelenjar esofagus yang menghasilkan mukus dan sering dijumpai pada sepertiga bawah esofagus.

 Di Amerika, diperkirakan terdapat 19.260 kasus baru kanker esofagus dan 15.530 kematian karena kanker esofagus pada tahun 2021. Sementara menurut Globocan tahun 2020, di Indonesia terdapat 1.327 kasus baru kanker esofagus dan 1.283 kematian karena kanker esofagus. Kanker esofagus sering ditemukan di Cina, India, timur laut Iran, tenggara Amerika Serikat, dan Afrika Selatan. Kanker ini umumnya lebih sering dijumpai pada pria dibandingkan wanita.

 Faktor risiko dari kanker esofagus adalah:

  • Usia: risiko paling tinggi terkena kanker esofagus adalah pada usia antara 45-70 tahun.
  • Jenis kelamin: pria 3-4 kali lebih berisiko mengalami kanker esofagus.
  • Ras: orang berkulit hitam 2 kali lebih mungkin mengalami kanker esofagus tipe sel skuamosa dibandingkan orang berkulit putih.
  • Tembakau: meningkatkan risiko kanker esofagus terutama karsinoma sel skuamosa.
  • Alkohol: konsumsi alkohol dalam waktu lama meningkatkan risiko kanker esofagus sel skuamosa, terutama jika digabung dengan penggunaan tembakau.
  • Barrett’s esophagus: kondisi ini ditemukan pada orang dengan penyakit refluks gastroesofageal/GERD kronik (asam lambung naik ke atas) atau radang esofagus (disebut esofagitis), dan mungkin meningkatkan risiko kanker esofagus.
  • Diet: kurang konsumsi sayur dan buah, sering minum minuman panas (65°C) meningkatkan risiko kanker esofagus sel skuamosa.
  • Obesitas: lebih berisiko karena lebih mungkin mengalami GERD.
  • Larutan alkali (sifatnya basa atau pH > 7, misalnya pada pembersih): risiko kanker esofagus sel skuamosa meningkat pada anak yang tidak sengaja tertelan larutan ini.
  • Akalasia: kondisi di mana cincin otot bawah esofagus tidak relaksasi (esofagus melebar) saat menelan makanan sehingga makanan tidak bisa masuk ke lambung, dan ini meningkatkan risiko karsinoma sel skuamosa (15-20 tahun setelah akalasia).
  • Tylosis: penyakit yang sangat jarang, bersifat diturunkan di mana terdapat pertumbuhan berlebihan lapisan atas kulit telapak kaki dan tangan. Keadaan ini sangat berisiko mengalami kanker esofagus sel skuamosa.
  • HPV (human papillomavirus): infeksi ini pernah ditemukan sampai dengan sepertiga kanker esofagus di sebagian Asia dan Afrika Selatan.

 Gejala dari kanker esofagus adalah kesulitan menelan (paling sering) sehingga tersedak, nyeri dada, penurunan berat badan, suara serak, batuk kronik, muntah, perdarahan esofagus, nyeri di belakang tulang dada atau tenggorok. Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, radiologi, dan biopsi. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan pertama kali jika sulit menelan adalah barium swallow test, pada pemeriksaan ini, pasien diminta meminum cairan warna putih yang disebut barium untuk melapisi dinding esofagus kemudian difoto (dengan sinar X) untuk melihat adanya kelainan esofagus. Pemeriksaan radiologi lainnya yang dapat dilakukan adalah endoskopi (memasukkan selang kecil dengan kamera ke dalam esofagus dan gambar terlihat pada layar), CT Scan, MRI, PET scan.

 Jika telah terdiagnosis, pengobatan akan diberikan tergantung pada tipe dan stadium kanker, kemungkinan efek samping, dan pilihan serta kondisi pasien. Beberapa pengobatan yang dapat diberikan antara lain pembedahan, terapi endoskopik (untuk melebarkan esofagus atau untuk mengurangi ukuran tumor sehingga pasien dapat menelan), terapi radiasi, kemoterapi, terapi target, atau imunoterapi.

 Tidak semua kanker esofagus dapat dicegah, tetapi risikonya dapat diturunkan dengan melakukan hal-hal seperti menghindari penggunaan tembakau dan alkohol, pola makan sehat dan mempertahankan berat badan yang sehat, melakukan aktivitas fisik secara rutin, dan mengobati penyakit GERD.

 

Referensi:

  1. Esophagus cancer. American Cancer Society [Internet]. 2021 [cited 2021 Apr 5]. Available from: https://www.cancer.org/cancer/esophagus-cancer.html
  2. Esophageal cancer. Cancer.Net [Internet]. 2005-2021 [cited 2021 Apr 5]. Available from: https://www.cancer.net/cancer-types/esophageal-cancer
  3. Indonesia. Globocan 2020 [Internet]. 2021 [cited 2021 Apr 5]. Available from: https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf
  4. Pakzad R, Mohammadian-Hafshejani A, Khosravi B, Soltani S, Pakzad I, Mohammadian M, et al. The incidence and mortality of oesophageal cancer and their relationship to development in Asia. Ann Transl Med. 2016;4(2):29.

 

ICCC HELPLINE

Bersama kita berjuang melawan kanker. Hubungi kami di +6281 117 117 98 atau info@iccc.id

KIRIM EMAIL